Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2025

Mental Jongos

Kita sering bangga menyebut diri merdeka. Tujuh puluh sekian tahun bendera berkibar, lagu kebangsaan dikumandangkan, dan kata “kedaulatan” diulang-ulang dalam pidato. Namun di balik itu, ada sesuatu yang belum sungguh-sungguh lepas: cara berpikir yang gemar merunduk. Inilah yang kerap kita jumpai sebagai mental jongos. Jongos bukan budak yang dirantai. Ia bergerak bebas, berbicara lancar, bahkan mengenakan pakaian rapi. Tapi seluruh geraknya diarahkan oleh satu naluri: menyenangkan tuan. Ia patuh bukan karena benar, melainkan karena takut kehilangan tempat. Ia diam bukan karena setuju, melainkan karena terbiasa mengalah. Mental jongos tumbuh subur dalam relasi kuasa yang timpang. Ia tidak lahir dari kebodohan, melainkan dari latihan panjang: melihat yang berkuasa selalu benar, dan yang lemah selalu salah. Dari sana muncul keyakinan sunyi bahwa keadilan adalah kemewahan, bukan hak. Maka ketika diperlakukan tidak adil, reaksi yang muncul bukan perlawanan, melainkan pembenaran: “Beginilah...

WERENG COKLAT

Kabut pagi turun pelan-pelan seperti doa yang belum selesai dilafalkan. Dari kejauhan, Desa Kalikedung tampak seperti sekeping dunia yang belum tersentuh hiruk-pikuk kota. Sawah-sawah membentang sejauh mata memandang, dihiasi kilau embun yang tersisa dari semalam. Di batas pematang, Pak Sastra berdiri dalam diam, seolah mematung bersama rumpun padi yang bergoyang ringan ditiup angin. Aku menghampirinya dengan langkah hati-hati agar tidak membuat tanah pematang runtuh. Dari belakang, tubuhnya tampak kokoh tetapi bergetar halus, seperti ada beban yang ia pikul tanpa bisa dibagi dengan siapa pun. “Pagi, Pak,” kataku pelan. Ia menoleh. Wajahnya yang biasanya cerah tampak keruh, penuh garis-garis yang kutahu bukan hanya sebab umur. “Pagi, Nang. Kau lihat ini…” Ia menunjuk ke hamparan padi yang menguning sebelum waktunya. “Warnanya pucat. Menguning tapi tak bahagia.” Aku mengamati lebih dekat. Daun-daunnya menggulung, beberapa batangnya merunduk seperti orang tua yang terlalu cepat kehilanga...