Saham adalah bukti kepemilikan seseorang terhadap suatu perusahaan. Ketika kamu membeli saham, artinya kamu memiliki sebagian kecil dari perusahaan tersebut. Jika perusahaan itu berkembang dan menghasilkan keuntungan, kamu sebagai pemegang saham juga berpotensi mendapatkan keuntungan — baik dari dividen maupun kenaikan harga saham (capital gain).
Investasi saham menjadi salah satu instrumen keuangan yang paling populer karena potensi keuntungannya tinggi. Namun, risiko yang menyertainya juga besar. Karena itu, memahami cara berinvestasi dengan benar menjadi kunci utama.
Siapkan Diri Sebelum Terjun ke Dunia Saham
Sebelum mulai membeli saham, ada beberapa hal penting yang perlu disiapkan:
a. Tentukan Tujuan Investasi
Apakah kamu ingin menabung untuk masa depan, pendidikan, pensiun, atau ingin mendapat penghasilan tambahan dari dividen? Tujuan akan memengaruhi strategi investasimu — jangka pendek, menengah, atau panjang.
b. Pahami Profil Risiko
Setiap orang memiliki tingkat toleransi risiko berbeda. Jika kamu tipe yang tidak suka fluktuasi harga, bisa memilih saham blue chip yang stabil. Jika kamu berani mengambil risiko tinggi untuk potensi keuntungan besar, bisa mencoba saham second liner atau sektor teknologi.
c. Pelajari Dasar-Dasar Pasar Modal
Pelajari istilah dasar seperti IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), dividen, capital gain, cut loss, dan sebagainya. Pemahaman ini penting agar kamu tidak “buta arah” saat mulai berinvestasi.
Buka Rekening Saham dan RDN
Langkah pertama untuk mulai berinvestasi adalah membuka rekening efek di Sekuritas (perusahaan broker saham) yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Langkahnya sederhana:
• Pilih sekuritas terpercaya (misalnya: Mandiri Sekuritas, BCA Sekuritas, Ajaib, Bibit, IPOT, atau Mirae Asset).
• Isi formulir pendaftaran online.
• Unggah KTP, NPWP, dan isi data rekening bank.
• Setelah disetujui, kamu akan mendapat Rekening Dana Nasabah (RDN) untuk menyimpan dana investasimu.
Setelah RDN aktif, kamu bisa menyetor dana dan mulai membeli saham lewat aplikasi sekuritas.
Cara Memilih Saham yang Tepat
Memilih saham tidak bisa asal tebak. Ada dua pendekatan utama yang digunakan investor:
a. Analisis Fundamental
Pendekatan ini menilai kesehatan dan nilai wajar perusahaan melalui laporan keuangan. Beberapa indikator penting yang perlu diperhatikan:
• PER (Price to Earning Ratio)
• PBV (Price to Book Value)
• ROE (Return on Equity)
• Debt to Equity Ratio (DER)
• Pertumbuhan laba dan pendapatan
Investor yang fokus pada fundamental biasanya membeli saham perusahaan yang sehat, konsisten membukukan laba, dan memiliki prospek jangka panjang.
b. Analisis Teknikal
Pendekatan ini menggunakan grafik harga (chart) untuk memprediksi pergerakan harga saham berdasarkan pola dan tren. Analisis teknikal lebih cocok untuk trader atau investor jangka pendek.
Tentukan Strategi Investasi
Ada beberapa gaya investasi yang bisa kamu pilih:
• Value Investing → Mencari saham undervalued (harga lebih murah dari nilai wajar).
• Growth Investing → Fokus pada perusahaan yang tumbuh cepat walau harganya tinggi.
• Dividend Investing → Mengincar perusahaan yang rutin membagikan dividen besar.
• Trading (jangka pendek) → Membeli dan menjual saham dalam waktu singkat untuk meraih keuntungan cepat.
Pilih strategi sesuai tujuan dan karakter kamu.
Mulai dengan Modal Kecil
Investasi saham kini tidak perlu modal besar. Di Bursa Efek Indonesia, pembelian saham minimal adalah 1 lot (100 lembar saham).
Misalnya, jika harga saham PT Telkom Indonesia (TLKM) Rp3.500 per lembar, maka 1 lot = Rp350.000 saja.
Mulailah dari jumlah kecil untuk belajar memahami ritme pasar. Jangan terburu-buru membeli banyak saham tanpa riset.
Diversifikasi Portofolio
Jangan menaruh semua uangmu di satu saham atau satu sektor.
Diversifikasi adalah cara untuk mengurangi risiko.
Contoh:
• 40% di saham sektor perbankan
• 30% di sektor konsumsi
• 20% di sektor energi
• 10% di sektor teknologi
Dengan begitu, jika salah satu sektor turun, sektor lain bisa menyeimbangkan kerugian.
8. Pantau dan Evaluasi Investasi Secara Berkala
Harga saham bisa naik turun setiap hari. Jangan panik melihat fluktuasi harian — fokuslah pada kinerja jangka panjang.
Lakukan evaluasi portofolio setiap 3–6 bulan. Jika perusahaan sudah tidak sehat, tidak salah untuk menjual sahamnya (cut loss) dan memindahkan dana ke saham yang lebih potensial.
Waspadai Risiko dan Jangan Ikut-Ikutan
Banyak pemula yang tergoda ikut tren tanpa riset, misalnya karena “katanya saham ini mau naik”.
Ingat: tidak ada jaminan pasti untung di saham.
Harga bisa turun kapan saja, terutama jika kondisi ekonomi memburuk. Karena itu, penting untuk tetap tenang, disiplin, dan belajar dari pengalaman.
Edukasi Diri Secara Terus-Menerus
Dunia saham selalu berubah. Ikuti pelatihan, baca laporan keuangan, dan pantau berita ekonomi. BEI sering mengadakan Sekolah Pasar Modal (SPM) gratis bagi masyarakat umum — ini kesempatan bagus untuk belajar langsung dari sumber resmi.
Kesimpulan
Berinvestasi di saham bukanlah perjudian, tetapi strategi membangun kekayaan jangka panjang.
Kuncinya ada pada tiga hal:
• Pengetahuan,
• Kesabaran, dan
• Kedisiplinan.
Dengan memahami dasar-dasarnya, memilih saham secara bijak, dan mengelola risiko dengan baik, siapa pun bisa sukses di dunia investasi saham — termasuk kamu.